Risiko Produksi
Risiko produksi dari suatu usaha terletak pada sarana dan prasarana yang menunjang bisnis tersebut. Misalnya bisnis makanan. Ada kemungkinan makanan yang diproduksi terkontaminasi bakteri dan minim gizi. Bakteri dan angka gizi yang rendah ini bisa menyebabkan buyer terkena penyakit, atau bahkan keracunan.
Akibat dari risiko produksi semacam ini adalah berkurangnya kredibilitas seller di mata buyer. Dampaknya, usaha terancam gulung tikar. Yang lebih mengerikan adalah jika buyer mengajukan tuntutan kepada seller ke meja hijau. Ini tidak hanya akan mempengaruhi seller secara ekonomi, namun juga secara psikologis.
Alternatif solusi yang bisa dilakukan seller adalah dengan melakukan uji coba sebelum meluncurkan produk. Dengan begitu, kualitas suatu produk akan teruji. Risiko produksi pun akan muncul sehingga seller bisa melakukan prediksi keputusan di saat hendak mulai berbisnis.
Risiko Pemasaran
Produk atau jasa yang berkualitas baik tidak selalu mendatangkan keuntungan. Hal ini dipengaruhi oleh persaingan, kondisi buyer, serta kondisi seller itu sendiri. Persaingan pasar membuat sebuah produk yang berkualitas tetap harus bersaing dengan produk-produk sejenis.
Alternatif solusi untuk menghadapi risiko pemasaran adalah dengan menciptakan keunikan pada produk atau jasa yang seller jual. Lewat keunikan tersebut, produk seller menunjukkan karakteristik tersendiri dibanding produk-produk lain yang ada di pasaran. Karakteristik inilah yang membuat sebuah produk bisa �berjuang� mengalahkan produk lain. Hasilnya, buyer akan memilih produk tersebut dibanding produk sejenis lainnya.
Risiko Sumber Daya Manusia
Tidak semua usaha pribadi bisa dikerjakan seorang diri. Meskipun sifatnya personal, usaha pribadi tetap membutuhkan sumber daya manusia lain di luar si pemilik usaha agar bisnis dapat berjalan dengan baik. Risiko sumber daya manusia datang dari karyawan-karyawan yang terlibat dalam sebuah usaha. Contohnya, beban kerja yang melebihi kapasitas karyawan, lemahnya motivasi karyawan dalam bekerja, masalah pribadi yang dialami karyawan di luar kantor, dan lain sebagainya.
Sebagai pemilik usaha, seller tidak hanya dituntut untuk memiliki jiwa berdagang, tetapi juga jiwa pemimpin. Kepemimpinan ini dibutuhkan agar para karyawan yang terlibat dalam bisnis memiliki tujuan bersama dan bisa mencapai target yang telah ditentukan oleh seller.
Risiko Finansial
Risiko finansial dalam berbisnis yang jarang terjadi adalah keadaan �besar pasak daripada tiang�. Bagi seller yang masih menjadi pegawai kantoran, kondisi ini masih bisa diatasi dengan menggunakan gaji pokok yang didapat dari kantor. Namun bagi seorang full-time seller, risiko ini sangat berpotensi �mengancam� kelangsungan bisnis.
Sebenarnya, memang tidak ada aturan baku untuk menentukan cara agar profit lebih besar daripada ongkos produksi. Namun, bukan berarti Netpreneur tidak bisa mencegah defisit. Menjual barang yang tidak banyak kompetitornya bisa menjadi solusi. Pada prinsipnya, semakin sedikit kompetitor, maka profit yang diperoleh akan semakin banyak.
Risiko Lingkungan
Lingkungan tempat seller berjualan off-line kadang bisa mengganggu bisnis. Ada pihak-pihak yang tidak suka akan keberadaan toko tempat usaha, misalnya kalangan preman. Kalangan ini seringkali meminta �upeti� kepada seller.
Cara mengatasi risiko lingkungan semacam ini adalah dengan bersikap fleksibel. Kalau �upeti� yang diminta masih masuk akal sehat, maka tidak ada salahnya satu-dua kali menuruti keinginan mereka. Ini toh untuk keberlangsungan bisnis juga. Namun kalau �upeti� yang mereka minta terlalu besar, bahkan bisa menyebabkan kerugian bisnis, ada baiknya tidak memenuhi keinginan mereka. Jika mereka tetap memaksa, laporkan kepada pihak yang berwajib.